BajuAdat Manggarai Ntt. Mengenal daerah manggarai adalah sebuah kabupaten yang ada di provinsi nusa tenggara timur indonesia bagian timur. 2.3 baju adat suku rote. Pin di BAJU ADAT NTT from adat nusa tenggara timur. Baju adat yang dimiliki oleh suku dawan yang bernama baju amarasi. Pakaian adat ntt selanjutnya datang dari suku BORONG, - Ghan Woja terdiri dari dua kata, yakni ghan dan woja. Ghan dalam bahasa etnis Kolor di bagian selatan Manggarai Timur, artinya makan dan woja berarti bulir padi panjang dan beras. Ghan Woja merupakan salah satu dari sekian ritual adat masyarakat tani yang menghormati padi dan jagung, serta memulihkan hubungan dengan Sang Pencipta. Mereka juga menyapa leluhur dengan ritual adat di Mbaru Mere rumah adat.Adapun Ghan Woja ditujukan untuk mengungkapkan rasa syukur, berdoa saat akhir masa tanam dan memulai masa tanam baru. Baca juga Desa Wisata Mbengan di Manggarai Timur NTT, Punya Budaya dan Alam yang Menakjubkan Ritual Ghan Woja bisa dilaksanakan secara pribadi di rumah-rumah, di kebun, dan secara komunal di rumah-rumah adat. Tarian Keda Rawa Tua adat Suku Mukun, Desa Mbengan, Kornelius Ngamal Ramang 62 menjelaskan, tradisi sakral di Kampung Bungan yang masih dirawat dengan baik yakni tradisi tarian Keda Rawa saat dilangsungkan ritual adat Ghan Woja. Keda artinya injak tanah, menghentakkan kaki di tanah dan rawa artinya syair-syair mistis yang dilantunkan tua-tua adat di kampung tersebut. Jadi Tarian Keda Rawa adalah tarian khas bernuansa mistis yang dilaksanakan oleh tua-tua adat laki-laki. Tarian ini dilaksanakan tengah malam sekitar pukul Wita dan pagi sebelum matahari terbit. "Di bulan oktober 2022 sudah dilaksanakan ritual adat Ghan Woja di Kampung Bungan. Warga satu kampung itu melaksanakan ritual ini," kata Ramang. Biasanya, lanjut dia, ritual Ghan Woja dilaksanakan Juli-September tiap tahunnya. Namun, tahun 2022 ini ritual mundur karena anomali cuaca. Sebelum dilaksanakan ritual Ghan Woja di rumah, masyarakat Kampung Bungan dilarang membuka kebun baru. Konon jika dilanggar, hasil kebun tidak melimpah dan kebun-kebun diganggu binatang. Baca juga Manggarai Timur NTT yang Kaya Goa Alam untuk Dikunjungi Wisatawan Ramang melanjutkan, yang menanam pertama di ladang adat di sekitar rumah adat adalah Suku Nanga. Jika tua adat Suku Nanga belum menanam, warga lain dilarang menanam duluan. Noko Lodong Ramang menjelaskan bahwa saat ritual itu dilangsungkan, dilakukan Noko Lodong. Noko berarti simpan dan lodong berarti pucuk. Noko lodong berarti menyimpan pucuk tanaman. Saat malam hari tua adat di rumah adat melaksanakan kepok-kepok untuk menandakan bahwa tahun yang lalu sudah berlalu dan memulai tahun baru untuk menanam. MAKUR Sesajian adat kepada Sang Pencipta Kehidupan, alam semesta dan leluhur yang dialas dengan daun sirih di Watu Nurung atau watu leluhur Suku Saghe di rumah adat atau Mbaru Gendang Saghe, Jumat 2/11/2018. Adapun di kampung Bungan, lanjut Ramang, terdapat suku Bebong, Teong, Koi, Mukun, Ladar, Pata, Kepo, Sape, dan Nanga. Satu kampung ini serentak melaksanakan ritual adat Ghan Woja. Ia melanjutkan, yang paling sakral dalam ritual Ghan Woja adalah hasil panen yang unik atau langka, seperti bulir padi bercabang tiga dipangkas dan dibawa ke rumah adat. Baca juga Berwisata ke Manggarai Timur, Cicipi Kopi Pahit dan Kuliner Lokal di Coffee For Rest Hasil panen unik itu dipersembahkan di tengah kampung dengan percikan darah babi dan ayam. Dalam ritual Ghan Woja, bahan sesajiannya yakni ayam dan babi. Tarian Keda Rawa Saat ritual Ghan Woja, dilakukan tarian Keda Rawa di tengah kampung. Tepat pukul Wita, tua adat yang hanya laki-laki turun dari rumah adat, dibalut dengan pakaian adat serta diiringi tabuh kendang dan gong, menari melingkar. Tidak sembarang orang bisa melantunkan syair-syair kuno dalam tarian ini. Tarian ini sangat berbeda dengan tarian pada umumnya di Manggarai Timur. Cara menarinya juga sangat sulit bagi orang baru yang ikut menari. Baca juga 12 Desa Wisata Manggarai Timur NTT, Banyak Kekayaan Alam dan Budaya Saat ini tarian Keda Rawa hanya ada di kampung Bungan di Desa Mbengan. Tidak ada di kampung-kampung lainnya. Tarian ini melambangkan penghormatan kepada ibu bumi sebagai tempat berpijak, tempat tinggal dan juga menghormati para leluhur yang sudah mendirikan kampung tersebut. Tarian juga melambangkan penghargaan kepada Sang Pencipta. Selain Keda Rawa pada malam hari, siang harinya dilaksanakan tarian Ronda. Kampung Sakral Bungan Ramang menambahkan, Kampung Bungan bisa disebut kampung sakral. Alasannya, konon saat mendirikan kampung itu ratusan tahun lalu, leluhur melalukan ritual dengan keliling tujuh kali agar terhindar dari gangguan manusia maupun makhluk halus. MAKUR Kepala Suku Saghe, Alexander Djala sedang melaksanakan ritual di watu naga tana batu leluhur Suku Saghe untuk minta restu kepada Sang Pencipta, alam semesta dan leluhur Saghe, Jumat 2/11/2018. Di bagian utara kampung, ada watu yang biasa disebut naga kampung. Sebelum dilangsungkan ritual-ritual adat seperti ghan woja, terlebih dahulu dilangsungkan ritual di sana, maupun yang selatan. Terpisah Tua Adat Suku Saghe, Fransiskus Ndolu 73 dan Aleksius Jalang 77 menjelaskan, warga suku Saghe juga sering melaksanakan ritual adat Ghan Woja dan Peting Kadea syukuran hasil panen selama setahun. Baca juga Indahnya Air Terjun Cuncang Lewe di Manggarai Timur, NTT dengan Ketinggian 100 meter Biasanya benda-benda sesajennya, ayam dan babi. Semua warga suku berkumpul di rumah adat. "Selama kami hidup bersama orangtua-orangtua dan tua-tua adat hingga saat ini, ritual adat Ghan Woja selalu dilaksanakan di rumah adat. Ada juga yang dilaksanakan di rumah-rumah pribadi," tutur keduanya. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
BajuAdat NTT - Nusa Tenggara Timur atau lebih sering disebut sebagai NTT adalah salah satu provinsi yang cukup terkenal dengan destinasi wisatanya alamnya.Menjadi bagian dari Kepulauan Sunda kecil, tidak heran kalau provinsi yang satu ini terdiri dari banyak pulau. Pulau-pulau tersebut punya daya tarik yang dimanfaatkan oleh pemerintah untuk dijadikan destinasi wisata.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Mengenal daerah Manggarai adalah sebuah kabupaten yang ada di provinsi Nusa Tenggara Timur NTT Indonesia bagian Timur. Manggarai sendiri terdiri atas tiga kabupaten yaitu kabupaten Manggarai, kabupaten Manggarai Barat, dan kabupaten Manggarai Timur. Kabupaten Manggarai terkenal dengan kota paling dingin di dari surat kabar daring Media Indonesia dari stasiun meteorologi Ruteng Frans Sales Lega Manggarai, Nusa Tenggara Timur suhu udara di kota Ruteng per Juli 2019 lalu menyentuh 9,2 derajat celcius. Itu merupakan suhu terendah yang dicatat stasiun meteorologi BMKG di seluruh Indonesia. Kabupaten Manggarai Barat terkenal dengan kota Labuan Bajo sebagai salah satu objek pariwisata premium yang cukup terkenal di Indonesia maupun manca negara. Kabupaten Manggarai Timur terkenal dengan penghasil kopi dan cengkeh. Ketiga kabupaten ini memiliki adat dan budaya yang sangat kental yang diwariskan secara turun temurun kepada masyarakat Manggarai. Salah satu adat budaya yang paling sering dilakukan oleh masyarakat setempat hingga saat ini adalah acara ''teing hang'' yang berarti upacara pemberian sesajen kepada para leluhur sebagai salah satu bentuk wujud rasa syukur, meminta keberhasilan, dan memohon perlindungan. Baca juga 4 Makna yang Terkandung dalam Budaya "Teing Hang" Arwah di ManggaraiMasyarakat kami menyakini bahwa roh-roh para leluhur senantiasa membawa perantara kebaikan Tuhan dalam hidup dan usaha acara ''teing hang'' yang paling populer dilakukan masyarakat Manggarai adalah ketika anak-anak mulai memasuki SMP, SMA, kuliah, merantau, acara pernikahan, dan acara penutup akhir tahun. Ketiga acara ini sama-sama memiliki makna yang sama yakni meminta keberhasilan dalam sekolah dan memohon perlindungan agar dijauhkan dari hal-hal buruk. Sedangkan untuk acara ''teing hang'' penutup akhir tahun adalah salah satu bentuk ungkapan rasa syukur atas semua perjalanan hidup selama setahun dan meminta perlindungan dan keberkahan untuk hidup di tahun yang ditanya kok roh yang disembah? Kan ada Tuhan. Jawaban yang lebih tepat bukan menyembah roh tetapi kami menghormati dan meyakini bahwa roh-roh para leluhur yang didoakan dalam bentuk acara ''teing hang dengan tudak manuk bakok'' senantiasa menyampaikan semua permohonan kami dihadapan Tuhan. 1 2 Lihat Sosbud Selengkapnya
35Trend Terbaru Pakaian Adat Adonara Flores Timur. Pakaian Adat Provinsi Nusa Tenggara Timur sangat beragam karena daerah dihuni oleh beberapa suku adat yang memiliki pakaian adat yang beraneka ragam. Adonara merupakan satu di antara dua pulau utama pada kepulauan di wilayah Kabupaten Flores Timur. Pakaian wanita di Manggarai mengenakan Lihat Gambar Pakaian Adat Manggarai Timur Lengkap. Model baju pria dan wanita biasanya sama, terbuat dari bahan beledu dan memiliki warna dasar hitam. Kalimantan timur memiliki beberapa pakaian adat yang unik dan menarik untuk dibahas satu persatu. Songke Manggarai Tampil Lebih Modern Di Festival Budaya Jakarta Glo Title from Pakaian ini dipilih karena memiliki desain yang sangat unik dan sarat nilai filosofis. Sehingga baju ini merupakan pakaian adat yang sering digunakan pada saat pernikahan. Baju tradisi pengantin pada setiap daerah pastinya. Masyarakat ntt memiliki beberapa rumah adat yang masih jarang orang mengetahuinya, salah satunya rumah tinggal pada rumah adat ini ditandai di depannya dengan adanya kepala kerbau. Sehingga baju ini merupakan pakaian adat yang sering digunakan pada saat pernikahan. Pemerintah kabupaten pemkab manggarai timur matim telah mengalokasi dana untuk membangun rumah warga yang tidak layak huni pada tahun 2019. Umumnya, pakaian tradisional yang dikenakan disesuaikan dengan acara. Biasanya mengenakan baju kebaya pendek dan bagian bawahnya mengenakan kain tenun dua kali lilitan dan tanpa kalimantan timur merupakan salah satu provinsi di indonesia yang berbatasan langsung dengan negara tetangga yaitu negara bagian sabah dan. BajuAdat Manggarai. Daftar suku yang ada di ntt setidaknya ada 7 macam yaitu suku sumba, suku sabu, suku helong, suku rote, suku dawan, suku lio, dan suku manggarai. Jarum jam menunjuk arah jam 9 pagi. 44+ Info Penting Baju Songke Manggarai from yang sudah saya jelaskan di atas, bahwa nusa tenggara timur ArticlePDF AvailableAbstractMasalah utama dalam penelitian ini adalah nilai-nilain kesenian budaya tarian caci pada masyarakat manggarai Desa Kazu wangi Kabupaten Manggarai Timur, bahwa sebagian besar masyarakat Desa Kazu wangi Kabupaten Manggarai Timur sangat antusias dalam melestarikan budaya tarian caci yang merupakan tarian khas masyarakat manggarai pada umumnya, yang merefleksikan kebudayaan dan keseharian masyarakat manggarai. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai budaya tarian caci pada masyarakat Manggarai Desa Kazu wangi Kabupaten manggrai Timur, metode penelitian ini menggunakan penelitian etnografi- kualitatif, suatu metode yang menggunakan observasi langsung mengenai kegiatan manusia dalam konteks data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Untuk mengkaji nilai-nilai budaya tarian caci pada masyarakat manggarai Desa Kazu Wangi digunakan pendekatan folklor. Teknik analisis data melelui beberapa tahap yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan, sedangkan teknik keabsahan data menggunakan tringulasi sumber, waktu dan teknik. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa nilai-nilai kesenian budaya tarian caci hanya ada dalam kebudayaan manggrai dan menjiwai semua aspek kehidupan orang manggarai. Tarian caci selalu dipentaskan pasca panen, antara bulan juli sampai dengan september, dan dilakuan selama tiga hari. Tarian tarian caci juga mengandung makna simbolis, melambangkan kejantanan, kepahlawanan , keramaiaan ,kemegahan dan semangat sportivitas yang tinggi. Tarian caci juga memiliki banyak fungsi bagi kelangsungan hidup masyarakat Desa kazu wangi, sebagai komoditas pariwisata, sebagai sarana komunikasi dengan Tuhan dan para leluhur, serta media pendidikan. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Vol. VII. Issu 2. Juli- De se mber 2019 E_ISSN 2339-2401/P_ISSN 2477-0221 235 Equlibrium Jurnal Pendidikan Sosiologi NILAI KESENIAN BUDAYA TARIAN CACI PADA MASYARAKAT MANGGARAI KABUPATEN MANGGARAI TIMUR Hironimus Jampi1, Muhammad Nawir2, Hadisaputra3 1Pendidikan Sosiologi, Universitas Muhammadiyah Makassar Email hironimusjampi 2Pendidikan Sosiologi, Universitas Muhammadiyah Makassar Email muhammadnawir 3Pendidikan Sosiologi, Universitas Muhammadiyah Makassar Email Abstract. The main problem in this study is the values of dance culture in the Manggarai community, Kazu Wangi Village, East Manggarai Regency, is that most of the Kazu Wangi village people reflect the culture and daily lives of the Manggarai community. This study aims to describe the cultural values of dancing in the Manggarai community, Kazu Wangi Village, East manggrai Regency, this research method uses ethnographic-qualitative research, a method that uses direct research on human activities in socio-culture. Data collection is done by means of observation, interviews, and literature study. To examine the cultural values of the people in Manggarai Village, Kazu Wangi Village is used to request folklore. Analysis of the data in several ways, namely data reduction, data presentation and conclusions, while the validity of the data technique uses source tringulation, time and technique. The results of the study prove that the values of Caci dance culture only exist in Manganggrai and animate all aspects of Manggarai people's lives. The caci dance is always performed after harvest, between July and September, and is performed for three days. Caci dance also contains symbolic meaning, symbolizing virility, heroism, hospitality, grandeur and high sportsmanship spirit. Caci d ance also has many functions for people who live in the village of Kazu Wangi, as a means of tourism, as a means of communication with God and the ancestors, as well as educational media. Keywords Values of Dance Arts and Culture Values. Abstrak. Masalah utama dalam penelitian ini adalah nilai-nilain kesenian budaya tarian caci pada masyarakat manggarai Desa Kazu wangi Kabupaten Manggarai Timur, bahwa sebagian besar masyarakat Desa Kazu wangi Kabupaten Manggarai Timur sangat antusias dalam melestarikan budaya tarian caci yang merupakan tarian khas masyarakat manggarai pada umumnya, yang merefleksikan kebudayaan dan keseharian masyarakat manggarai. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai budaya tarian caci pada masyarakat Manggarai Desa Kazu wangi Kabupaten manggrai Timur, metode penelitian ini menggunakan penelitian etnografi- kualitatif, suatu metode yang menggunakan observasi langsung mengenai kegiatan manusia dalam konteks sosial-budaya. Penggumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Untuk mengkaji nilai-nilai budaya tarian caci pada masyarakat manggarai Desa Kazu Wangi digunakan pendekatan folklor. Teknik analisis data melelui beberapa tahap yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan, sedangkan teknik keabsahan data menggunakan tringulasi sumber, waktu dan teknik. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa nilai-nilai kesenian budaya tarian caci hanya ada dalam kebudayaan manggrai dan menjiwai semua aspek kehidupan orang manggarai. Tarian caci selalu dipentaskan pasca panen, antara bulan juli sampai dengan september, dan dilakuan selama tiga hari. Tarian tarian caci juga mengandung makna simbolis, Jurnal Pendidikan Sosiologi Sosiologi Equilibrium Jurnal Pendidikan Sosiologi Vol. VII. Issu 2. J ul i- De se mber 2019 Vol. VII. Issu 2. Juli- De se mber 2019 E_ISSN 2339-2401/P_ISSN 2477-0221 236 Equlibrium Jurnal Pendidikan Sosiologi melambangkan kejantanan, kepahlawanan , keramaiaan ,kemegahan dan semangat sportivitas yang tinggi. Tarian caci juga memiliki banyak fungsi bagi kelangsungan hidup masyarakat Desa kazu wangi, sebagai komoditas pariwisata, sebagai sarana komunikasi dengan Tuhan dan para leluhur, serta media pendidikan. Kata Kunci Nilai-Nilai Kesenian dan Budaya Tarian Caci. PENDAHULUAN Kebudayaan yang sudah melekat dalam masyarakat dan sudah turun temurun sejak dahulu, akan semakin terkonsep dalam kehidupan masyarakat sehingga menjadi sebuah kepercayaan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan sebuah keyakinan yang sulit untuk dihilangkan. Kepercayaan-kepercayaan yang masih berkembang dalam kehidupan suatu masyarakat, biasanya dipertahankan melalui sifat-sifat lokal yang dimilikinya. Tarian Caci merupakan kesenian asli Manggarai yang penuh dengan keunikan-keunikan mulai dari jenis tarian, kostum tari, property yang digunakan oleh penari, sampai pada bentuk komposisi musik iringannya. Karena keaslian dan keunikannya tersebut Pemerintah dan beberapa Organisasi-organisasi dari Manggari yang menyebar di seluruh Indonesia mencoba untuk melestarikan tarian Caci sebagai salah satu ciri khas kesenian yang berasal dari Kabupaten Manggarai. Caci adalah salah satu budaya Manggarai yang merupakan ekspresi tradisional budaya Manggarai. Di Manggarai Flores NTT, Tarian Caci merupakan suatu permainan adu ketangkasan antara dua orang laki-laki dalam mencambuk dan menangkis cambukan lawan secara bergantian. Tarian Caci terlihat begitu heroik dan indah karena merupakan kombinasi antara Lomes keindahan gerak tubuh dan busana yang dipakai, Bokak keindahan seni vokal saat bernyanyi , dan Lime ketangkasan dalam mencambuk atau menangkis cambukan lawan. Caci secara etimologis berasal dari dua kata yaitu Ca yang berarti satu, dan Ci yang berarti lawan. Jadi Caci berarti tarian seorang melawan seorang yang lain. Tarian ini menggambarkan suka cita masyarakat Manggarai. Caci merupakan tarian kesatriaan para Caci adalah sebuah tari perang di mana sepasang lelaki bertarung di sebuah lapangan dengan menggunakan cambuk dan perisai. Penari yang memegang cambuk bertindak sebagai penyerang dan penari lainnya yang memegang perisai bertindak sebagai seorang yang bertahan. Para pemain Caci dibagi menjadi dua kelompok yang secara bergantian bertukar posisi sebagai kelompok penyerang dan sebagai kelompok bertahan. Caci selalu dimainkan oleh kelompok tuan rumah ata one dan kelompok pendatang dari desa lain ata peang. Beberapa pernak-pernik dalam Caci dalam bahasa Manggarai adalah, panggal, lalong ndeki, nggororng, nggiling, aging, larik, sapu dan songke. Dalam Caci, tidak boleh menyerang bagian tubuh dari pinggang ke bawah. Para pemain hanya diperbolehkan menyerang bagian tubuh dari pinggang ke atas. Bila pukulan lawan tidak dapat ditangkis, maka pemain akan terkena pecutan dan mendapatkan luka cambukan. Dan jika mata terkena cambukan maka pemain dinyatakan kalah beke, dan kedua pemain langsung segera diganti. Tari Caci hanya dilaksanakan apabila ada acara penting. Misalnya pada upacara penti, ritual tahun baru, upacara pembukaan lahan, dan upacara besar secara sepintas, Caci adalah sebuah tontonan hiburan yang mengandung unsur kekerasan di dalamnya. Namun jika kita melihat lebih dalam, kita akan menyadari bahwa tarian ini merupakan budayatradisional Manggarai yangmerupakan ekspresi budaya Manggarai. Menurut Edi, Maria Grace Putri, program studi pendidikan pancasila dan kewarganegaraan, jurusan hukum dan kewarganegaraan, fakultas ilmu sosial, Universitas Negeri Malang, dengan judul “Nilai Moral yang Terkandung dalam Tarian Caci di Desa Batu Cermin Kecamatan Komodo Kabupaten Manggarai Barat, dalam peneliti Edi, Maria Grace Putri, Nilai moral merupakan nilai mengacu pada tindakan manusia berkaitan dengan baik atau buruknya tindakan manusia dalam Vol. VII. Issu 2. Juli- De se mber 2019 E_ISSN 2339-2401/P_ISSN 2477-0221 237 Equlibrium Jurnal Pendidikan Sosiologi kehidupannya. Nilai moral berkaitan dengan perbuatan baik dan buruk yang menjadi dasar kehidupan manusia dan masyarakat. Nilai-nilai moral yang ada dalam suatu kesenian dapat menjadi nilai-nilai yang bisa ditiru dan dipraktekkan dalam kehidupan kita. Berkaitan dengan hal tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskrpsikan nilai-nilai moral yang terkandung dalam tarian caci agar nilai-nilai moral tersebut bermanfaat baik di depan kita. Teori Materialisme kebudayaan adalah salah satu paham yang beranggapan bahwa manusia hidup didunia, dia sebenarnya hidup didunia materi. Dia mau hidup, harus makan, dia mau menata sistem nilai dan budayaanya harus menggunakan alat materi. Materialisme berpandangan kebudayaan adalah hasil kumpulan pikiran yang dipelajari dan kelakuan yang diperlihatkan oleh anggota dari kelompok sosial masyarakat, yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pandangan materialisme ini berkaitan dengan hubungan manusia dengan lingkungannya, oleh Marvin Haris, disebut variabel yang bersifat empiris dan ini distilahkan dengan teknoekonomi dan teknolingkungan. Berdasarkan teori tentang kebudayaan yang sudah dipaparkan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa kebudayaan adalah seluru cara dari kehidupan masyarakat dan tidak hanya mengenai sebagian tatacara hidup saja yang dianggap lebih tinggi dan lebih diinginkan” jadi, kebudayaan menunjuk pada berbagai aspek kehidupan. Istilah ini meliputi cara-cara berlaku, kepercayaan-kepercayaan dan siskp-sikap dan juga hsil dari kegiatan manusia yang khas untuk suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu. Hal ini terjadi karena manusia mencontohi sesuatu yang dilakukan oleh generasi sebelumya atau lingkungan disekitarnya yang dianggap baik dan berguna dalam hidupnya begitu juga dengan budaya tarian caci yang dimiliki oleh masyarakat manggarai yang merupakan hasil dari realitas obyektivitas manusia menghasilkan kenyataan obyektif hasil ciptaan leluhur terdahulu yang diserap kembali oleh generasi setelahnya atau selalu meregenerasikan nilai-nilai budaya tarian caci yang merupakan warisan leluhur. Penelitian terdahulu di atas membahas tentang identitas budaya dan maknanya dalam tarian caci orang manggarai dan nilai moral yang terkandung dalam tarian caci, maka dari itu dalam penelitian ini, peneliti membahas tentang Nilai-nilai budaya dalam tarian caci pada masyarakat manggarai desa kazu wangi kabupaten manggarai timur. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis metode penelitian menggunakan penelitian etnografi-kualitatif dalam pendekatan fenomenologi di mana data diperoleh melalui pengamatan langsung dengan cara observasi, wawancara, dan studi pustaka Bogdan dan Taylor dalam Sumaryanto, 2010 74. Dalam penelitian etnografi kualitatif, data yang diperoleh tidak dapat dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik, peneliti memaparkan gambaran mengenai hasil yang diteliti dalam bentuk naratif untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada di objek penelitian. Dalam hal ini, yang menjadi objek penelitian adalah Nilai- Nilai Kesenian Budaya Tarian Caci Pada Masyarakat Manggarai Desa Kazu Wangi Kabupaten Manggarai Timur Peneliti memfokuskan penelitian ini pada konsep/ pandangan, ciri/ karakteristik Kesenian budaya Tarian Caci merupakan sebuah rumusan masalah penelitian ini. Penggunaan metode penelitian etnografi kualitatif merupakan cara untuk membedah materi penelitian yang mengacu kepada tujuan penelitian yang telah dipaparkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas budaya tercermin dalam bahasa, nyanyian, cara berpakaian, dan etika moral. Identitas ini termanifestasi dalam tarian caci di manggarai. Berdasarkan hal ini, kita akan melihat makna yang terkandung dalam budaya tarian caci masyarakat manggarai. Vol. VII. Issu 2. Juli- De se mber 2019 E_ISSN 2339-2401/P_ISSN 2477-0221 238 Equlibrium Jurnal Pendidikan Sosiologi 1. Nilai Bahasa dan Nyayian keindahan, keselaransan, dan kerendahan hati Tarian caci pada dasarnya menarik ketika seorang pemain caci setelah menerima pukulan atau memberi pukulan, berbicara dan bernyanyi. Pembicaraan dan nyanyian yang dilakukan menggunakan bahasa yang indah dengan istilah-istilah yang menarik perhatian yang digunakan tentunya menggunakan bahasa daerah seorang pemain caci dilihat dari keindahan dalam berkata-kata dan menyanyi selaras dengan caranya bertarung yang diiringi dengan bunyi gong dan gendang serta nyanyian lainnya sanda. Selain itu, bahasa dan nyanyiannya akan indah ketika tidak membuat orang yang menonton dan khususnya lawannya tersinggung. Ataupun sebaliknya, ketika peterung tersebut terkena pukulan, keindahan bahasa dalam menyampaikan apa yang menimpanya secara menarik dengan istilah-istilah tersembunyi dan bermakna. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemain caci yaitu bapak yang berinisial F M, 34 tahun berpendapat bahwa “Dalam memerankan permainan caci kita harus memiliki kecakapan dalam berbahasa dan memiliki keindahan suara karena itu merupakan sebuah modal yang dapat menarik animo para penonton sehingga dengan demikian potensi yang kita miliki dapat di akui oleh orang banyak tegasnya”. Dari hasil wawancara dengan bapak inisial FM, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya seorang pemain caci harus memiliki kecakapan dalam berbahasa dan memiliki suara yang indah dalam menggunakan bahasa daerah manggarai yang dapat dilihat dari keindahan dalam berkata-kata dan menyanyi selaras dengan caranya bertarung yang diiringi dengan bunyi gong dan gendang. Tarian caci pada dasarnya menarik ketika seorang pemain caci setelah menerima pukulan atau memberi pukulan, berbicara dan bernyanyi. Pembicaraan dan nyanyian yang dilakukan menggunakan bahasa yang indah dengan istilah-istilah yang menarik perhatian penonton. Bahasa yang digunakan tentunya menggunakan bahasa daerah manggarai. 2. Nilai Cara berpakaian. Dalam memerankan tarian caci ada pakaian tertentu yang di gunakan oleh para penari sehingga tercipta keserasian dan kekompakan dalam pertunjukan tarian caci. Pakaian yang digunakan antara lain panggal yang berfungsi sebagai penyokon kepala, selendang, kain songke, ikat pinggan, nggiring, dan celana panjang berwarna putih. Demikian juga saat wawancara dengan bapak yang berinisial GJ, 25 tahun sebagai penari berpendapat bahwa “sebagai seorang yang memiliki bakat bermain caci tentunya kita harus mempersiapkan perlengkapan-perlengkapan yang menunjang terlaksananya pertunjukan tarian caci baik dari perlengkapan yang terkecil hingga yang terbesar sehingga dapat menciptakan nilai keserasian saat mementaskan tarian caci”. Dari hasil wawancara dengan bapak inisial GJ, dapat disimpulkan bahwa sebagai seorang pemain caci yang memiliki bakat, tentu haruslah memiliki berbagai perlengkapan-perlengkapan pakaian yang dapat menunjang terlaksananya pertunjukan tarian caci, sehingga tercipta keserasian dan kekompakan dalam memerankan tarian caci. Peralatan tarian caci yang terbuat dari kulit kerbau melambangkan kekuatan, ketenangan, kerendahan hati, dan tidak emosional, sedangkan bentuknya yang relatif bundar melambangkan adanya satu titik pusat yang mengatur semuanya, itulah Tuhan Yang Maha Esa. Vol. VII. Issu 2. Juli- De se mber 2019 E_ISSN 2339-2401/P_ISSN 2477-0221 239 Equlibrium Jurnal Pendidikan Sosiologi 3. Nilai Etika Moral Permainan caci atau tarian caci merupakan sebuah identitas budaya orang manggarai. Meskipun, ini adalah sebuah pertarungan, tetapi etika moral tetap menjadi hal yang utama yang harus diperhatikan. Etika moral kemanusiaan adalah yang utama dalam tarian ini. Dalam hal ini, pertarungan atau perkelahian tentunya akan berlawanan dengan etika moral, tetapi dalam permainan caci, etika moral tetap menjadi yang utama lewat sikap tanggun jawab dan saling menghargai dalam sebuah pertarungan. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak yang berinisial GE, 30 tahun sebagai anggota masyarakat mengatakan bahwa “saya sudah sering mengikuti pertunjukan tarian caci dibeberapa kampung namun sebelum saya dan teman-teman ikut serta dalam mementaskan tarian caci ada etika moral yang harus dipatuhi bersama demi terlaksananya pementasan tarian caci sesuai dengan apa yang diharapkan oleh tokoh masyarakat setempat,, dengan kami sebagai pengunjung untuk memeriahkan pelaksaan tarian caci sehingga terhindar dari hal-hal yang tidak di inginkan bersama”. Dari hasil wawancara dengan bapak inisial GE 30 tahun dapat disimpulkan bahwa hal yang sadari bersama adalah pentingnya mengerti dan memahami etika moral yang terkandung dalam budaya tarian caci sehingga terciptanya sebuah situasi yang kondusif baik tokoh masyarakat setempat yang berfungsi sebagai pelayan terlaksananya budaya tarian caci dan juga bagi para pengunjung yang memeriahkan atau menyukseskan pementasan atau pertunjukan budaya tarian caci . Pemain caci atau tarian caci merupakan sebuah identitas budaya orang manggarai. Meskipun, ini adalah sebuah pertarungan, tetapi etika moral tetap menjadi hal yang terutama yang harus diperhatikan. Etika moral kemanusiaan adalah yang terutama dalam tarian ini. Dalam hal ini, pertarungan atau perkelahian tentunya akan berlawanan dengan etika moral, tetapi dalam permainan caci, etika moral tetap menjadi yang utama lewat sikap tanggun jawab dan saling menghargai dalam sebuah pertarungan. 4. Nilai Darah, Keringat, dan Air Mata kejantanan, keramaian, kemegahan, dan sportivitas Darah, keringat, dan air mata terus menerus hadir selama tarian caci berlangsung. Darah, keringat, dan air mata ini tidak akan membuat orang-orang yang hadir dan bertarung mengalah. Mereka tidak pernah menyerah sampai di katakan “Rowa” mati. Tetapi, mati di sini berarti petarung terkena cambukan di daerah kepala wajah dan tangan. Meskipun tubuh mereka terkena cambukan hingga berdarah, berkeringat dan air mata mengalir malah jusrtu akan menciptakan pertarungan semakin seru. Sebab darah, keringat dan air mata dalam tarian caci mengandung makna kepahlawanan dan keperkasaan. Namun dalam caci, keperkasaan tidak harus dilakoni lewat kekerasan namun juga lewat kelembutan yang ditunjukkan dalam gerakan-gerakan yang bernuansa seni. Tarian caci diiringi bunyi gendang dan gong serta nyanyian para pendukungnya yang menunjukkan kemegahan acara tersebut, namun suatu hal yang sangat penting dari sebuah pementasan tarian caci adalah bagaimana memberikan makna simbolik bagi masyarakat manggarai yang diantaranya adalah sebagai berikut Nilai kepahlawanan yaitu seorang pemain caci harus memiliki jiwa yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam permainan caci, yang tidak harus diakhiri dengan rasa dendam terhadap pemain lawannya. Nilai keperkasaan yaitu dalam permainan tarian caci , keperkasaan tidak harus dilakoni lewat kekerasan namun juga lewat kelembutan yang ditunjukkan dalam gerakan-gerakan yang bernuansa seni. Nilai sportivitas yaitu dalam permainan tarian caci seorang penari haru bersikap adil jujur terhadap lawan, sikap bersedia mengakui keunggulan kekuatan dan kebenaran lawan. Vol. VII. Issu 2. Juli- De se mber 2019 E_ISSN 2339-2401/P_ISSN 2477-0221 240 Equlibrium Jurnal Pendidikan Sosiologi Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak yang berinisial SW, 36 tahun sebagai seorang penari yang sangat berbakat dalam bidang tarian caci mengatakan bahwa “sesuai dengan pengalaman peribadi yang saya perna alami dalam berbagai pertempuran tarian caci, hal yang paling penting untuk kita sadari adalah bahwa pementasan tarian caci itu bukanlah sebuanh pertarungan yang mematikan, walaupun terkandung unsur kekersan didalamnya, tapi tujuan dari pelaksanaan tariaan caci ini adalah sebagai bentuk ekspresi kebahagiaan masyarakat setempat atas berbagai usaha yg dilakukan oleh mereka dalam setahun penuh,jadi ketika setiap penari memamahami hal ini maka dalan permainan caci kita dapat menenemukan nilai-nilai simbolik yang terkandung didalamnya seperti nilai kepahlawanan, nilai keperkasaan, nilai ketangkasan dan nilai sportivitas. Tegasnya. Dari hasil wawancara bersama bapak inisial SW, 36 tahun dapat disimpulkan bahwa dalam pementasan tarian caci pentingnya membangun kesadaran bersama atas nilai-nilai yang terkandung dalam budaya tarian caci itu sendiri yang dimana diantaranya nilai etika moral, nilai keringat dan darah, nilai cara berpakaian, dan nilai bahasa dan nyanyian yang diekspresikan oleh para penari saat mementaskan tarian caci, dengan memahami hal tersebut diatas maka pelaksanaan budaya tarian caci akan berjalan dengan baik seperti yang diharapkan oleh tokoh adat dan masyarakat setempat dan juga para pengunjung yang ikut terlibat dalam meramaikan pementasan tarian caci. Darah, keringat dan air mata dalam tarian caci mengandung makna kepahlawanan dan keperkasaan. Namun dalam caci, keperkasaan tidak harus dilakoni lewat kekerasan namun juga lewat kelembutan yang ditunjukkan dalam gerakan-gerakan yang bernuansa seni. Tarian caci diiringi bunyi gendang dan gong serta nyanyian para pendukungnya yang menunjukkan kemegahan acara tersebut. KESIMPULAN Dari seluruh lingkaran penyusunan dan penelitian yang dibuat oleh penulis, maka penulis menarik sebuah kesimpulan dari keseluruhan tulisan ini. Kesimpulan ini menjadi uraian terakhir dari penulis. Semoga rangkaian tulisan ini mengantar penulis dan pembaca untuk mengetahui apa dan bagaimana itu nilai-nilai budaya tarian caci pada masyarakat manggarai Desa Kazu Wangi Kabupaten Manggarai Timur. Caci merupakan ungkapan syukur yang dimanifestasikan dalam permainan. Caci menjadi sebuah simbol dengan berbagai macam nilai didalamnya, dan nilai nilai itulah yang dikemas dalam keseluruhan permainan caci. Adapun maksudnya ialah agar masyarakat manggarai memiliki nilai juang, mempunyai jiwa sebagai ata rona seorang lelaki pemberani dan gagah perkasa. Tarian caci memperlihatkan nilai seni yang sangat tinggi, mulai dari gerak seni tarian lomes, seni suara bokak, seni lukis ornament-ornamen caci, seni rupa atau seni tenun motif-motif tenunan pada kain songke, selendang, sapu tangan yangb digunakan penari caci. Kesenian ini memiliki pesan damai didalamnya, seperti semangat sportivitas, saling menghormati, dan diselesaikan tanpa dendam diantara para penari. DAFTAR PUSTAKA Bakker, JWM, 1992, Filsafat Kebudayaan, Sebuah Pengantar, Yogyakarta kanisius. Creswell John W. 2009. “Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed” Yogyakarta Pustaka pelajar Dagur, Anthony Bagul, 1977, Kebudayaan Manggarai Sebagai salah satu Khasanah Kebudayaan Nasional, Surabaya, Ubhara Press. De Rosari, Anton BL, 1988, Kedudukan Kebudayaan Daerah dalam Pembangunan Kebudayaan Nasional, Kupang. Depertemen Kebudayaan dan Pendidikan, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta Balai Pustaka Hadi, Y. Sumandiyo. 2005. Sosiologi Tari Sebuah Pengenalan Awal. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Vol. VII. Issu 2. Juli- De se mber 2019 E_ISSN 2339-2401/P_ISSN 2477-0221 241 Equlibrium Jurnal Pendidikan Sosiologi Prastowo, 2014. Metode penelitian Kualitatif dalam perspektif Rancangan penelitian Puersen, Van., 1993, Strategi Kebudayaan, Yogyakarta Kanisius. Soekmono, R., 1990, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia, Yogyakarta Kanisius Sugiyono. 2013, “metode peneliti kualitatif dan kuantatif dan R&D. Bandung. Alfabeta. Sutrisno, Mudji dan Putranto, Hendar. 2005. Teori-Teori Kebudayaan. Yogyakarata Kanisius Yogyakarta. Soekanto, Soerjono. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta Raja Grapindo Persada. Usman, Hasan, Haji, 1988, Pranan Kebudayaan Daerah dalam Menunjang Pembangunan Nasional, Nusa Tenggara Timur Panitia Pelaksana Temu Budaya Daerah Tingkat I. Verheijen, jilis, 1991, Manggarai dan Wujud Tertinggi, Penerjemah Alex Beding dan Marcel Beding, Jakarta lIPI_RULL. Yatman, Darmanto, 1988, Pandangfan Pemangku Kebudayaan Daerah Nasional Indonesia, Surakarta Kantor Wilayah Departemen pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this penelitian Kualitatif dalam perspektif Rancangan penelitian PuersenPrastowoPrastowo, 2014. Metode penelitian Kualitatif dalam perspektif Rancangan penelitian Puersen, Van., 1993, Strategi Kebudayaan, Yogyakarta Sejarah Kebudayaan Indonesia, Yogyakarta Kanisius Sugiyono. 2013, "metode peneliti kualitatif dan kuantatif dan R&DR SoekmonoSoekmono, R., 1990, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia, Yogyakarta Kanisius Sugiyono. 2013, "metode peneliti kualitatif dan kuantatif dan R&D. Bandung. Suatu Pengantar. Jakarta Raja Grapindo PersadaSoerjono SoekantoSoekanto, Soerjono. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta Raja Grapindo Kebudayaan Daerah dalam Menunjang Pembangunan NasionalUsmanHaji HasanUsman, Hasan, Haji, 1988, Pranan Kebudayaan Daerah dalam Menunjang Pembangunan Nasional, Nusa Tenggara Timur Panitia Pelaksana Temu Budaya Daerah Tingkat YatmanYatman, Darmanto, 1988, Pandangfan Pemangku Kebudayaan Daerah Nasional Indonesia, Surakarta Kantor Wilayah Departemen pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah.

PakaianAdat Provinsi Nusa Tenggara Timur sangat beragam karena daerah dihuni oleh beberapa suku adat yang memiliki pakaian adat yang beraneka ragam. Paulus Ruteng - Flores - NTT mengenakan pakaian adat manggarai dan berhiaskan BALIBELO di kepala tanpa judul GOET MANGGARAI Nilai Religius - Mori jari dedek tanan wa awangn eta pukul parn

Pakaian Adat NTT – Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu pulau cantik yang ada di Indonesia. Di sana terdapat tujuh suku yang masing-masing memiliki budaya khas dan pakaian adat. Penasaran apa saja jenis pakaian adat NTT dari setiap suku yang sudah ada? Tujuh suku yang mendiami pulau NTT adalah suku Sabu, Sumba, Helong, Dawan, Rote dan Manggarai. Semuanya sudah berhasil membuat NTT tidak hanya kaya akan sumberdaya alamnya saja tetapi juga kebudayaan. Ini dia pakaian adatnya 1. Pakaian Adat Suku Dawan Pertama adalah suku Dawan, yang tinggal di Kupang, Timor dan Belu NTT. Nama pakaian adatnya adalah Amarasi. Beberapa komponennya adalah selendang yang digunakan untuk menutupi dada, sarung tenun untuk bawahan dan kebaya bagi perempun. Tak hanya itu, baju amarasi juga dilengkapi dengan beberapa aksesoris untuk perempuan seperti tusuk konde dengan tiga kain emas, gelang dengan kepala ular dan sisir emas. Sedangkan untuk pria, yaitu kalung mutisalah, gelang timor, kalung habas dan tiara di kepala. 2. Pakaian Adat Suku Helong Kedua adalah pakaian suku Helong yang berdasarkan sejarahnya, suku ini merupakan penduduk asli Pulau Timor yang sekarang banyak menempati Kupang Tengah dan Barat. Beberapa lainnya bisa ditemukan di Pulau Flores dan Semau. Kembali ke pakaian adatnya, suku Helong membaginya menjadi dua jenis yaitu untuk pria dan wanita. Wanita biasanya memakai kebaya atau kemben, di bagian bawahannya diikatkan sarung dan pinggang emas atau pending. Tak ketinggalan juga aksesorisnya berupa bula molik atau hiasan di kepala yang bentuknya mirip dengan bulan sabit, kalung berbentuk bulat serta anting-anting yang dikenal dengan nama karabu. Sedangkan untuk pria di suku Helong memakai kemeja bodo, bawahan selimut lebar. Selain itu juga dilengkapi dengan ikat kepala yang disebut destar dan perhiasan lebar habas. 3. Pakaian Adat Suku Rote Pakaian adat NTT yang ketiga yakni ada di suku Rote yang dulunya pernah bermigrasi ke Pulau Seram, Maluku. Namun saat ini, mereka sudah menjadi penduduk asli dan mendiami beberapa daerah seperti Timor, Ndao, Nuse, Heliana, Manuk dan lain sebagainya. Para wanita di suku ini, biasanya memakai kebaya dan sarung yang diproses secara tradisional. Sedangkan untuk laki-laki yaitu kemeja putih dan sarung tenun berwarna gelap. Perihal pakaian adat, suku Rote perlu berbangga karena menjadi ikon utama NTT. Hal ini bukan tanpa alasan karena banyak keunikan yang melekat. Contohnya pada penutup kepala yang dikenal dengan nama ti’i langga. Jika dilihat secara sekilas, bentuknya lebih mirip dengan topi yang biasa dikenakan oleh orang Meksiko. Bahan dasarnya adalah daun lontar kering. Kepercayaan masyarakat setempat, siapapun pria yang memakainya akan terlihat lebih berwibawa. Apalagi jika ditambah dengan selendang yang diletakkan di bahu. Baca juga Pakaian adat Maluku 4. Pakaian Adat Suku Sumba Suku Sumba sudah pasti mendiami Pulau Sumba yang pakaian adatnya bisa dibilang cukup sederhana. Hinggi adalah sebutan untuk baju pria, terdiri dari hinggi kawuru dan hinggi kombu. Pada bagian kepalanya dililitkan kain yang berbentuk seperti jambul, baik di depan, kiri atau kanan, tergantung pada simbol yang sudah ada. Tiara Patang adalah nama lain dari ikat kepala ini. Tak ketinggalan juga aksesoris tambahan yang membuatnya semakin menarik, di antaranya adalah kabiala senjata tradisional yang biasanya diselipkan di ikat pinggang. Makna dari kabiala sendiri adalah keperkasaan. Lalu pada pergelangan tangan bagian kiri, para pria biasanya mengenakan perhiasan yang diberi nama kanatar dan mutisalak. Maknanya adalah strata sosial dan ekonomi. Nah sedangkan untuk perempuan memakai kain yang bernama lau mutikau, pahudu dan kawuru. Kain tersebut dipakai hanya setinggi dada saja, bagian bahu ditutup dengan taba huku yang memiliki warna senada. Aksesorisnya berupa tiara polos di bagian kepala, perhiasan logam di bagian dahi, mamuli atau anting, dan kalung emas. Semuanya membuat wanita Sumba terlihat semakin menawan. 5. Pakaian Adat Suku Sabu Nah, pakaian adat dari suku Sabu ini pernah dikenakan Pak Jokowi lho. Mereka menempati beberapa daerah di Kabupaten Kupang NTT. Sama seperti yang lainnya, dibedakan antara pakaian pria dan wanita. Untuk pria yaitu kemeja lengan putih atau hitam panjang dengan bawahan sekaligus selendang berupa sarung tenun. Aksesorisnya adalah ikat kepala mahkota 3 tiang yang terbuat dari emas, gelang, sabuk berkantong, kalung mutisalak dan habas. Kemudian untuk perempuan lebih sederhana yaitu cukup dengan memakai kebaya, sarung tenun dan ikat pinggang. Walaupun begitu, tetap tidak mengurangi keindahannya kok. 6. Pakaian Adat Suku Lio Bp. Tjahjo Kumolo / Mendagri, Tahukah Anda jika suku Lio merupakan suku tertua di NTT lho, mereka mendiami Kabupaten Ende. Kebudayaannya sangat melegenda dan terkenal, salah satunya adalah pakaian adat yang diberi nama ikat patola. Jika dijabarkan, ikat patola merupakan kain tenun yang khusus dibuat untuk warga kerajaan atau kepala suku. Motifnya sangat beragam mulai dari daun, hewan hingga manusia. Beberapa motif tersebut dibuat dari benang yang berwarna biru atau merah. Semakin lengkap jika ditambah hiasan manik-manik dan kulit kerang di bagian tepinya. Namun biasanya hanya wanita bangsawan saja yang memakainya. Ikat patola ini bisa dibilang sudah dimasuki pengaruh budaya Portugis dan India yang datang berdagang pada abad ke 16 dulu. Nilainya sangat sakral, dibuktikan dengan digunakannya kain ini untuk menutup jenazah raja, bangsawan ataupun kepala suku. Sungguh menarik bukan? 7. Pakaian Adat Suku Manggarai Pakaian adat NTT selanjutnya datang dari suku Manggarai yang kental akan makna filosofis, diberi nama kain songke yang wajib dikenakan oleh para wanita di sana. Cara memakainya hampir sama dengan sarung, namun ada beberapa bagian yang harus menghadap ke depan. Untuk warnanya, didominasi oleh warna hitam yang berarti kebesaran dan keagungan warga suku Manggarai. Selain itu, motif yang berbeda-beda pada songket juga memiliki makna masing-masing. Contohnya adalah motif wela kaleng yang bermakna ketergantungan manusia terhadap alam. Kemudian motif renggong sebagai simbol kejujuran serta kerja keras dan motif su’i yang memiliki arti bahwa segala sesuatu itu ada batasnya dan masih banyak lagi yang lainnya. Berdasarkan penjelasan di atas, terbukti bahwasanya NTT bukan hanya alamnya saja yang indah, namun juga kaya akan keragaman budaya. Oleh karena itu, sebagai warga negara yang baik wajib melestarikannya. Menurut Anda mana sih dari ketujuh suku di atas yang paling keren? Mungkin semuanya, karena memiliki karakter, khas, ciri dan keunikannya masing-masing. Tak heran jika Presiden Jokowi memakainya dalam acara penting. Sekarang Anda sudah paham dan mengertikan apa saja pakaian adat NTT? Jika sudah, jangan lupa untuk memakai dan membelinya ketika jalan-jalan ke sana. Lakukan hal tersebut untuk mempromosikan pariwisata daerah di Indonesia. 7 Pakaian Adat Nusa Tenggara Timur Suku Manggarai. Pakaian adat dari Suku Manggarai di Nusa Tenggara Timur dikenal memiliki makna filosofi yang cukup mendalam. Nama pakaian adat tersebut dikenal dengan sebutan kain Songke dan menjadi salah satu pakaian wajib bagi kaum wanita Suku Manggarai.
Flores merupakan wilayah kepulauan yang letaknya berada di bagian Indonesia Timur. Wilayah tersebut meliputi Provinsi Nusa Tenggara Timur NTT. Pulau Flores terkenal akan wisata alamnya yang indah nan asri. Apalagi wisata baharinya yang sayang bila dilewatkan. Wilayah bagian timur ini memiliki beragam suku adat. Kurang lebih ada sekitar 10 suku adat yang menetap di Pulau Flores. Keberagaman suku itulah sebagai daya tarik wisatawan datang ke Flores. Rata- rata wisatawan penasaran dengan kebudayaan dan pakaian adat yang masyarakat Flores miliki. Buat kamu yang belum pernah datang ke Flores dan penasaran dengan pakaian adatnya. Berikut Keluyuran berikan informasinya. Baca sampai bawah ya! 1. Pakaian Adat Suku Sabu * sumber Pakaian adat Suku Sabu terbuat dari tenun ikat yang kemudian diolah menjadi sarung. Proses itu dinamakan hii hawu atau higi huri oleh masyarakat Flores. Motif kain yang digunakan Suku Sabu, yaitu flora, fauna, dan geometris. Pakaian adat wanita dan laki-laki berbeda. Untuk pakaian adat wanita lebih banyak menggunakan aksesori dibandingkan pria. Aksesori yang dipakai biasanya berupa anting, kalung, dan ikat kepala. Lalu, baju atasannya menggunakan kain tenun menyerupai kemban, sedangkan laki-laki memakai kemeja putih dengan sabuk. 2. Pakaian Adat Suku Manggarai * sumber Manggarai merupakan salah satu suku yang berada di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Suku tersebut memiliki pakaian adat yang unik dan menarik, yaitu kain songke. Pakaian adat satu ini wajib digunakan oleh wanita Suku Manggarai. Pemakaian kain songke tidak telalu rumit. Lilitkan kain songke pada tubuh hingga dada. Lalu, tentukan bagian motif berada di depan. Setiap motif melambangkan makna yang berbeda. Misalnya, motif wela kaleng yang melambangkan ketergantungan manusia dengan alam. Kain songke ini didominasi oleh warna hitam yang menyimbolkan keagungan. 3. Pakaian Adat Suku Helong * sumber Helong merupakan suku di Flores yang cukup terkenal bagi para wisatawan. Hal itu karena masyarakatnya yang ramah dan welcome kepada pengunjung yang datang. Pakaian adat Suku Helong terbagi dua, yakni untuk laki-laki dan wanita. Konsep pakaian adat ini cukup sederhana dan mudah dipakai. Untuk laki-laki mengenakan atasan kemeja bodo, bawahan selimut lebar, destar sebagai ikat kepala dan perhiasan kalung emas atau dasi tenun. Untuk wanita menggunakan atas kebaya, bawahan kain tenun, ikat pinggang emas, kalung dan ikat kepala berbentuk bulan sabit. 4. Pakaian Adat Suku Sumba * sumber Suku Sumba memiliki pakaian adat yang sederhana dan tidak memerlukan banyak aksesori. Untuk pakaian adat pria dikenal dengan nama hinggi. Pemakaiannya cukup mudah yang terdiri dari dua lembar hinggi, yaitu kawuru dan kombu. Selanjutnya, pada bagian kepala lilitkan kain tiara patang dan buatlah jambul pada bagian kiri maupun kanan. Pakaian adat wanita menggunakan kain kawuru. Kain tersebut dililitkan sampai setinggi dada mirip dengan kemban. Lalu, pada bagian bahu ditutup kain taba huku yang memiliki warna sama dengan kain wuru. Polesan akhir tambahkan anting dan kalung emas sebagai aksesori. 5. Pakaian Adat Suku Lio * sumber Lio merupakan suku tertua yang ada di Pulau Flores, NTT. Jika kamu mencari kain tenun songket dengan kualitas terbaik, bisa datang ke sini. Suku Lio terkenal dengan kain tenunnya yang indah dan lembut. Warisan dalu leluhur nenek moyang itu masih terjaga dengan baik. Kain tenun yang berasal dari Suku Lio bernama ikat pitola. Motifnya cukup beragam, yaitu dedaunan, hewan, dan manusia. Agar menghasilkan karya yang bagus, pembuatan motif menggunakan benang berwarna biru dan merah. Lalu diberikan manik-manik supaya terlihat menarik. 6. Pakaian Adat Suku Rote * sumber Pakaian adat Suku Rote memiliki ciri khas dan menarik. Tidak heran banyak wisatawan yang jatuh hati pada pakaian adat satu ini. Rata-rata mereka tertarik ingin mengenakan topi yang bernama ti’I langga. Bentuknya mirip dengan kopi koboi dari negara Meksiko. Ti’I langga terbuat dari bahan lontar kering yang melambangkan kewibawaan pria. Untuk perempuannya memakai kebaya dan sarung yang ditenun. Lalu, pada bagian kepanya terdapat destar yang berbentuk seperti bulan sabit. 7. Pakaian Adat Suku Dawan * sumber Masyarakat Suku Dawan terkenal pandai merawat alam dengan baik. Mereka melakukan hal yang sama terhadap budaya dan pakaian adat. Sampai saat ini pakaian adat Suku Dawan masih terjaga dengan biak kemurniannya. Pakaian adat Suku Dawan memiliki banyak aksesori, yaitu kalung emas, gelang dan ikat kepala emas. Mereka selalu membawa tas yang terbuat dari kain tenun. Untuk talinya biasanya akan diberikan manik- manik emas. 8. Pakaian Adat Suku Kabola * sumber Kabola merupakan salah satu suku di Pulau Flores, NTT. Suku satu ini memiliki pakaian adat yang unik dan sederhana. Pakaian tersebut terbuat dari kulit kayu yang berwarna putih agak kecoklatan. Tidak tampak adanya perhiasan yang digunakan pada pakaian adat Suku Kabola. Adapun aksesori yang merek kenakan, semuanya terbuat dari kulit kayu. Baik itu berupa gelang, kalung, maupun ikat kepala. Meski demikian, masyarakat Kabola tetap memiliki kain tenun sendiri yang berciri khas. Sudah banyak wisatawan yang berkunjung dan memakai langsung pakaian dari kulit kayu. 9. Pakaian Adat Suku Abui * sumber Suku Abui terletak di Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur. Untuk menemui suku ini wisatawan harus melakukan perjalanan ke Desa Takpala. Tidak mudah menjumpai Suku Abui. Dalam perjalanannya wisatawan akan melewati sawah dan pegunungan yang cukup curam. Masyarakat Suku Abui membuat kain tenun sendiri dengan alat tradisional. Kegiatan itu dilakukan turun temurun dari nenek moyang mereka. Untuk pakaian adat pria ada penambahan pada bagian ikat kepala dan gelang kaki serta senjata panah. 10. Pakaian Adat Suku Sikka * sumber Pernah dengar kota Maumere? Sebagian besar Suku Sikka tinggal di sana. Penduduk Sikka terkenal dengan kain tenun yang terbuat dari pewarna tumbuhan. Kain tenun untuk pria terbagi dua, yaitu Lipa dan Ragi. Keduanya dibedakan dari motif dan warna. Sarung atau tenun untuk wanita bernama Utang. Pakaian adat Suku Abui sering digunakan pada kegiatan upacara adat dan keagamaan. Kain sarung kemudian dililitkan pada bagian bawah tubuh. Biasanya dari bagian pinggang hingga mata kaki. Baju atasan untuk pria menggunakan pakaian labu yang mirip kemeja berwarna putih. Namun, seiring berjalannya waktu mengenakan kemeja selain warna putih diperbolehkan. Lalu, selempangkan lensu sembar pada bagian dada pria. Ikat kepala pakaian adat Suku Sikka cukup unik. Pada bagian kanan dan kiri sengaja dibiarkan panjang menjuntai. Tujuannya untuk memperlihatkan kewibawaan seorang laki-laki. Untuk wanita menggunakan rambut sanggul dengan tusuk konde bernama hegin. Terakhir tambahkan hiasan gelang yang terbuat dari gading pada pergelangan tangan wanita. Flores rupanya memiliki aneka ragam pakaian adat yang unik dan menarik. Pakaian adat merupakan warisan nenek moyang yang harus dijaga dan dilestarikan dengan baik. Hal ini tidak hanya berlaku bagi suku yang bersangkutan, tetapi untuk kita semua sebagai warga negara Indonesia. Semoga artikel ini bermanfaat untuk kamu yang penasaran dengan pakaian adat Pulau Flores.
Pembahasanlengkap mengenai pakaian adat ini bisa dibaca di artikel: Pakaian Adat Jawa Timur. 17. Kalimantan Barat. Suku Manggarai; Suku Lio; Dari setiap suku tersebut masing-masing memiliki pakaian tradisional yang khas. Namun, dalam dikancah nasional, pakaian khas NTT yang paling di kenal adalah pakaian tradisi Suku Rote.
Kupang ANTARA - Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur mewajibkan aparatur sipil negara ASN di lingkup pemerintahan setempat untuk mengenakan pakaian adat sebagai pakaian dinas resmi pada setiap hari Kamis. "Mulai hari ini Kamis, 23/5/2019 kami luncurkan kebijakan bagi semua ASN di Manggarai Barat untuk memakai pakaian adat khas Manggarai Barat sebagai pakaian dinas resmi," kata Bupati Manggarai Barat Agustinus Ch Dula dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Kupang, Kamis 23/5. Ia menjelaskan pakaian adat yang digunakan untuk kedinasan meliputi tenunan songke Manggarai, baju bakok putih untuk laki-laki dan brokat untuk perempuan, selendang, dan sesek sapu destar atau jongkong re’a yang merupakan topi khas Manggarai Barat. Agustinus menjelaskan pemerintah kota menerapkan kebijakan itu sesuai instruksi Gubernur Nusa Tenggara Timur yang mewajibkan semua ASN di NTT mengenakan pakaian adat, sebagai pakaian dinas resmi pada setiap Selasa dan Jumat. "Namun untuk kami di Manggarai Barat diterapkan setiap hari Kamis agar selaras dengan ketentuan nasional," kata Bupati Dula dan menjelaskan ASN dari daerah lain yang bekerja di Manggarai Barat diperbolehkan untuk mengenakan pakat adat khas daerahnya masing-masing. Agustinus Dula mengapresiasi kebijakan tersebut, karena berdampak positif terhadap pertumbuhan usaha pengrajin tenun ikat di Manggarai Barat. "Saya optimistis banyak orang akan mencari tenun ikat songke Manggarai," demikian Agustinus Ch Dula. Baca juga Klaster tenun ikat tumbuhkan ekonomi Sumba Timur Baca juga Kampung Adat Praingu Prailiu jadi galeri tenun ikat
Tujuhsuku yang mendiami pulau NTT adalah suku Sabu, Sumba, Helong, Dawan, Rote dan Manggarai. Semuanya sudah berhasil membuat NTT tidak hanya kaya akan sumberdaya alamnya saja tetapi juga kebudayaan. Ini dia pakaian adatnya: 1. Pakaian Adat Suku Dawan. pinterest.com. Pertama adalah suku Dawan, yang tinggal di Kupang, Timor dan Belu NTT.
Menggunakan pakaian Adat Manggarai Nusa Tenggara Timur NTT, Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Agus Arifin Nu'mang menghadiri pementasan Budaya Manggarai Timur dan Penutupan Sepak Bola Poco Ranaka Cup 2017 di Lapangan Sepak Bola AURI Jalan Urip Sumoharjo Makassar, Minggu 24/9/2017. Sebelum memasuki tempat acara pegelaran budaya, Agus Arifin Nu'mang terlebih dahulu dikenakan baju adat Manggarai NTT oleh Sesepuh KKB NTT, DR. Fius sebagai pertanda ia telah dinobatkan sebagai warga Manggarai NTT. Dalam pegelaran Budaya Manggarai tersebut, Agus Arifin Nu'mang diajak warga Manggarai NTT untuk turut melakoni beberapa gerakan yang telah dikemas dalam bentuk tarian dengan menggunakan peralatan untuk berperang. Usai menyerahkan piala kepada para pemenang sepak bola Poco Ranaka Cup 2017, Agus dalam sambutannya mengatakan bahwa dirinya bangga menjadi warga Manggarai NTT, dan bangga menggunakan pakaian adat Manggarai NTT sekalipun bobot sarungnya cukup berat. Agus juga mengatakan bahwa keberhasilan pembangunan segala sektor di Sulawesi Selatan adalah tidak lepas dari andil orang NTT bersama dengan warga lainnya yang berdomisili di Sulawesi Selatan. "Sulawesi Selatan maju bukan hanya karena partisipasi orang asli Sulawesi Selatan, tetapi itu juga merupakan andil orang-orang yang berasal dari luar Sulawesi Selatan yang telah lama tinggal di wilayah Sulawesi Selatan ini," ujarnya. Minggu, 24 September 2017 Amr/Er
.
  • f2ldfeo8gm.pages.dev/682
  • f2ldfeo8gm.pages.dev/526
  • f2ldfeo8gm.pages.dev/104
  • f2ldfeo8gm.pages.dev/611
  • f2ldfeo8gm.pages.dev/126
  • f2ldfeo8gm.pages.dev/84
  • f2ldfeo8gm.pages.dev/642
  • f2ldfeo8gm.pages.dev/979
  • f2ldfeo8gm.pages.dev/575
  • f2ldfeo8gm.pages.dev/338
  • f2ldfeo8gm.pages.dev/435
  • f2ldfeo8gm.pages.dev/656
  • f2ldfeo8gm.pages.dev/536
  • f2ldfeo8gm.pages.dev/897
  • f2ldfeo8gm.pages.dev/394
  • pakaian adat manggarai timur